Mungkin, lima tahun atau sepuluh tahun yang lalu Lasik belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Tapi sekarang, Lasik telah memasyarakat terutama di daerah Ibukota. Atau barangkali, kita sendiri masih bingung sebenarnya Lasik itu apa dan bagaimana Lasik bisa menghilangkan mata minus atau mata plus ?
Beberapa hari yang lalu, tanggal 28 Mei 2011, saya mengikuti seminar tentang Lasik di Rumah Sakit Klinik Mata Nusantara di daerah Kebon Jeruk Jakarta Barat.
Saya berangkat kira-kira jam 14.00 dari kostan dan sampai sejam berikutnya. Pembicara pada seminar tersebut adalah para dokter spesialis mata yang sudah bertahun-tahun memperdalam Lasik di dalam dan luar negeri seperti dr. Anette, Sp.M, dr. Moh. Sjahbudi, Sp.M, dr.Upik, Sp.M dan moderatornya adalah Lucy Wiryono, seorang presenter televisi yang sudah pernah di Lasik.
Lasik merupakan suatu tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak.
Banyak para peserta yang mengkhawatirkan terjadinya kebutaan setelah operasi ini. Sikap mereka tidak dapat disalahkan, karena yang namanya ‘mata’ merupakan jendela dunia.
Setelah itu, dokter menjelaskan bahwa Lasik tidak akan pernah menyebabkan resiko kebutaan. Selain operasi Lasik menggunakan sistem komputerisasi yang didasarkan pada kerja laser, sebelumnya juga pasien harus melewati setidaknya delapan tahapan check up selama dua jam. Hal ini menyebabkan, efek samping maupun kegagalan dari Lasik mendekati nol.
Terus, bagaimana caranya ?
Sesuai yang saya pahami seperti yang dijelaskan dokter spesialisnya, langkah pertama pada prosedur lasik adalah membuka lapisan permukaan korneanya terlebih dahulu. Kemudian excimer laser untuk menghilangkan sebgian lapisan kornea. Teknologinya yang canggih ini mengubah bentuk lapisan kornea, sehingga secara permanen menyembuhkan miopia (rabun jauh), hypermetropia (rabun dekat), serta astigmatisme (mata silinder).Lapisan permukaan kornea yang dibuka tadi (flap). Dikembalikan ke posisi semula dan lap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit.
Adapun syarat-syaratnya seperti yang kemarin dijelaskan dalam seminar adalah :
1.Berusia 18 tahun keatas, karena pada usia tersebut sel-sel di mata maupun ukuran minus dan plusnya cenderung stabil dan tidak bertambah lagi.
2.Tidak pernah memiliki penyakit mata yang serius
3.Tidak sedang hamil dan hipertiroid, hal ini berhubungan dengan faktor hormon yang cenderung berlebih pada keadaan tersebut.
4.Tidak menderita Diabetes yang tidak terkontrol, jika masih terkontrol maka masih boleh di Lasik.
Saya sempat bertanya, apakah ada batasan penggunaan mata setelah operasi, mengingat misalnya untuk seorang pelajar pasti membutuhkan waktu untuk membaca yang agak lama ?
Kemudian pertanyaan saya dijawab oleh dr. Moh. Sjahbudi, Sp.M yang menyatakan bahwa tidak ada batasan. Bahkan mata harus selalu digunakan supaya terbiasa kembali dan bisa beradaptasi, jangan sampai setelah operasi hanya diam di kamar tidak keluar rumah.
Alhamdulillah, seminar tersebut berakhir pada pukul 20.00, dan saya langsung pulang ke kostan.
Lasik merupakan suatu tindakan dengan tujuan memperbaiki kelainan refraksi pada mata sehingga setelah dilakukan tindakan ini, penderita kelainan refraksi diharapkan dapat terbebas dari kacamata/lensa kontak.
Banyak para peserta yang mengkhawatirkan terjadinya kebutaan setelah operasi ini. Sikap mereka tidak dapat disalahkan, karena yang namanya ‘mata’ merupakan jendela dunia.
Setelah itu, dokter menjelaskan bahwa Lasik tidak akan pernah menyebabkan resiko kebutaan. Selain operasi Lasik menggunakan sistem komputerisasi yang didasarkan pada kerja laser, sebelumnya juga pasien harus melewati setidaknya delapan tahapan check up selama dua jam. Hal ini menyebabkan, efek samping maupun kegagalan dari Lasik mendekati nol.
Terus, bagaimana caranya ?
Sesuai yang saya pahami seperti yang dijelaskan dokter spesialisnya, langkah pertama pada prosedur lasik adalah membuka lapisan permukaan korneanya terlebih dahulu. Kemudian excimer laser untuk menghilangkan sebgian lapisan kornea. Teknologinya yang canggih ini mengubah bentuk lapisan kornea, sehingga secara permanen menyembuhkan miopia (rabun jauh), hypermetropia (rabun dekat), serta astigmatisme (mata silinder).Lapisan permukaan kornea yang dibuka tadi (flap). Dikembalikan ke posisi semula dan lap akan secara alami melekat kembali setelah beberapa menit tanpa perlu dijahit.
Adapun syarat-syaratnya seperti yang kemarin dijelaskan dalam seminar adalah :
1.Berusia 18 tahun keatas, karena pada usia tersebut sel-sel di mata maupun ukuran minus dan plusnya cenderung stabil dan tidak bertambah lagi.
2.Tidak pernah memiliki penyakit mata yang serius
3.Tidak sedang hamil dan hipertiroid, hal ini berhubungan dengan faktor hormon yang cenderung berlebih pada keadaan tersebut.
4.Tidak menderita Diabetes yang tidak terkontrol, jika masih terkontrol maka masih boleh di Lasik.
Saya sempat bertanya, apakah ada batasan penggunaan mata setelah operasi, mengingat misalnya untuk seorang pelajar pasti membutuhkan waktu untuk membaca yang agak lama ?
Kemudian pertanyaan saya dijawab oleh dr. Moh. Sjahbudi, Sp.M yang menyatakan bahwa tidak ada batasan. Bahkan mata harus selalu digunakan supaya terbiasa kembali dan bisa beradaptasi, jangan sampai setelah operasi hanya diam di kamar tidak keluar rumah.
Alhamdulillah, seminar tersebut berakhir pada pukul 20.00, dan saya langsung pulang ke kostan.