Syirik adalah tindakan yang
menyekutukan Allah SWT, sedang pelakunya disebut musyrik. Seperti dalam ayat:
“Janganlah kamu sembah disamping
(menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada tuhan yang berhak disembah
melainkan dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah
segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. ( Al-Qashash (
28) ; 88.
Tindakan syirik hanya terjadi pada
orang-orang yang tidak mampu mengendalikan nafsu jahatnya, karena memang sesungguhnya
nafsu jahat itu lebih suka menyembah produk imajinasinya sendiri.
Ada 4 jenis syirik, yaitu :
11. Syirk-ul-ilm, yaitu syirik yang terjadi dikalangan
ilmuwan. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang diwahyukan Allah SWT.
22. Syirk-ut-Tassaruf, yaitu syirik yang disadari atau
tidak oleh pelakunya, menentang Allah SWT. mereka percaya adanya perantara bagi
Allah SWT. contohnya percaya pada patung, jimat, dll.
33. Syirk-ul-ibadah, yaitu syirik yang menuhankan
pikiran, ide-ide atau fantasi. Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkrit
yang berasal dari pengalaman lahiriah.
44. Syirk-ul’Adah, yaitu kepercayaan terhadap takhayul.
Sebagai contoh percaya angka 13 itu angka jelek sehingga tidak mau menggunakan
angka tersebut.
Sebagian besar surat Al – Quran isinya
melarang manusia untuk menduakan Allah SWT. Allah SWT sangat murka kepada
hambanya yang mempersekutukannya, dan tidak ada ampunan bagi orang-orang yang
mempersekutukannya maka Allah SWT mengharamkan surga untuknya, dan tidak ada
satupun dari hamba Allah SWT yang dapat
menolongnya. Seperti disebutkan dalam
QS. Al – maidah ayat 72 yang artinya:
Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera
Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun.
Sebagai contoh yang termasuk kategori syirik
adalah setiap perbuatan yang dapat merusak keimanan, misalnya, pada suatu hari ada seorang manusia
yang beriman yang akhirnya menjadi musyrik, karena orang tersebut sedang diuji
oleh Allah dengan penyakit yang tak kunjung sembuh. Orang tersebut berikhtiar
dengan berobat ke dokter,dan setiap detiknya selalu berdoa kepada Allah SWT dan berharap
mendapatkan kesembuhan. Kemudian orang tersebut mulai berputus asa akan
penyakit yang tak kunjung sembuh. Dan mulai berprasangka buruk kepada Allah SWT
karena tidak pernah mengabulkan doanya. Seharusnya dalam menghadapi musibah
biasakanlah untuk selalu berpikir positif karena Allah Maha Penyayang, tidaklah
mungkin Ia menganiayai hamba-Nya. Adapun sakit dan pedih itu adalah semata-mata
tangga untuk menuju bahagia. Akhirnya orang tersebut mulai beralih berobat pada
dukun yang beraliran sesat. Dukun tersebut mengaku berteman dengan jin selain
itu juga mengagungkan benda-benda pusaka yang dimilikinya sebagai pelindung dan
pemberi kesembuhan, sehingga orang tersebut lupa kalau maha pelindung dan penyembuh itu adalah Allah SWT. seperti dalam
ayat :
“ Perumpamaan orang – orang yang
mengambil pelindung – pelindung selain Allah adalah seperti laba – laba yang
membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah itu ialah rumah laba –
laba kalau mereka mengetahui” Al – Ankabuut (29):41
Kunci agar dapat berserah diri kepada
Allah yaitu kita harus selalu berprasangka baik kepada-Nya. Berusahalah dahulu
dengan segenap kemampuan yang ada, kemudian serahkan ketentuan hasilnya
kepada-Nya. Apapun hasil yang diperoleh dari usaha kita itu, yakinlah bahwa itu
merupakan yang terbaik atau yang paling sesuai dengan kebutuhan kita saat ini,
yaitu sejalan dengan permintaan kita
pada setiap shalat.
Created by : Adinda Pramitra Permatasari, materi ini disampaikan ketika modul dokter muslim di FK UIN Jakarta
Referensi
:
·
Al – Quran
·
Bahan Renungan kalbu Penghantar
mencapai Pencerahan Jiwa, Ir. Permadi Alibasyah, Yayasan Mutiara
Tauhid Jakarta. 2004.
·
Buku Pintar Agama Islam, Syamsul Rijal Hamid, Penebar Salam.
1999.
0 komentar:
Posting Komentar