Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat
Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di ruangan
ini dalam keadaan sehat wal’afiat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita nabi besar Muhmmad SAW.
Dalam kesempatan kali ini, sesuai
dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang saya bacakan di awal, saya akan menyampaikan ceramah yang berjudul
“Mengingat bahwa Kehidupan Hanyalah Sementara”.
Al-Qur'an telah menerangkan bahwa
kehidupan di dunia ini adalah bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang,
berbuah, layu dan akhirnya mati musnah di telan bumi.1 Dunia hanya dijadikan tempat
persinggahan manusia sebelum masuk ke alam akhirat baik neraka ataupun surga. Nabi Muhammad SAW
menegaskan dengan mengibaratkan seperti seorang pengembara, yang sedang
berjalan menuju tempat tujuannya.2 Ia hanya sekedar lewat dan tidak akan mungkin menetap. Pengembara ini
perlu mempersiapkan bekalnya agar bisa sampai ke tempat tujuannya. Selama
mengembara, tentu ia akan mendapatkan banyak ujian dan cobaan. Oleh karena itu,
untuk bisa selamat sampai ke negeri tujuannya, ia harus benar-benar waspada dan
menjauhi segala perkara yang bisa membinasakannya.3
“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau
pengembara.” (Hadits shohih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari)
Kehidupan kita di dunia sangat mirip
dengan situasi ketika menunggu sebuah kereta di sebuah stasiun. Sebelum bisa
menaiki kereta yang akan membawa kita ke tujuan maka kita perlu membeli sebuah
tiket yang disebut karcis. Untuk membeli karcis itu dalam kehidupan nyata kita
memerlukan sejumlah uang, dan uang kita untuk masuk ke surga Allah SWT berupa
pahala-pahala. Selama waktu menunggu kedatangan kereta yang menjemput, kesempatan
untuk memperoleh pahala sedang terbuka selebar-lebarnya.4
Jika kita di sebuah stasiun dan tidak
memiliki uang, hanya ada dua jalan, pertama melakukan perbuatan baik seperti
menolong orang, berjualan sesuatu atau menyediakan jasa membawa barang demi
mendapatkan uang untuk membeli tiket, atau yang kedua yaitu melakukan
kesempatan dengan melakukan perbuatan buruk seperti mencuri yang membawa dosa
dan membuatnya harus mendekam di sebuah tahanan. Untuk mendapat pahala
sebanyak-banyaknya manusia dapat melakukan amalan ibadah seperti sholat, puasa,
zakat, sedekah, dan sebagainya selama hidup. 4
“Ketahuilah
oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta
berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak..( QS.
Al- Hadid : 20)
Imam
Najmuddin an-Nasafi menafsirkan bahwa manusia akan mengalami
beberapa fase kehidupan, yaitu5 :
§
- La'ibun, fase
pertama dari kehidupan manusia selama berumur 1-8 tahun yang berisikan
permainan.
- Lahwun adalah sifat lalai yang
terdapat dalam diri manusia, lalai karena tidak terbiasa berpikir panjang atau
sengaja tidak mau berpikir panjang. Inilah sifat ketika remaja berumur 9-16
tahun.
- Zinatun, bahwa dunia ini adalah perhiasan
semata, anak manusia selalu ingin tampil mengagumkan. Fase ini antara umur 17-24 tahun.
- Tafakhurun baynakum artinyadunia menjadi tempat untuk
saling bermegah-megahan dan saling
menyombongkan diri. Fase ini antara umur 25-32 tahun
- Takatsurun fil amwal, bahwa
dunia ini adalah tempat memperbanyak harta dan keturunan. Inilah puncak dari
fase kehidupan manusia ketika berumur 33 tahun dan seterusnya.
- Takatsurun fil aulad, fase
ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya. Umur empat puluh tahun ke atas
adalah masa yang wajar seseorang mulai memperhatikan kepentingan anak dan
cucu-cucunya.
Di dunia kedokteran dan psikologi juga dijelaskan fase
kehidupan manusia menurut Erik Homburger
Erikson, yaitu6 :
- §
Tahap Bayi (Infancy): Sejak
lahir hingga usia 18 bulan
- §
Tahap Kanak-Kanak Awal (Early
Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun
- §
Tahap Usia Bermain (Play
Age): 3 hingga 5 tahun
- §
Tahap Usia Sekolah (School
Age): Usia 6 – 12 tahun
- §
Tahap Remaja (Adolescence):
Usia 12 hingga 18 tahun
- §
Tahap Dewasa Awal (Young
Adulthood): Usia 18 hingga 35 tahun
- §
Tahap Dewasa (Middle
Adulthood): Usia 35 hingga 55 atau 65tahun
- §
Tahap Dewasa Akhir (Late
Adulthood): Usia 55 atau 65 tahun hingga mati
Ketika telah dewasa dan menjadi
kuat, banyak manusia yang lupa asal kejadiannya. Ia menjadi sombong dan bangga
dengan kemampuannya. Ia merasa bahwa semua yang didapat dan dimilikinya adalah
karena kemampuan dan hasil kerja keras dirinya. Ia lupa pada Allah yang telah
menjadikannya dari keadaan lemah, kemudian menjadi dewasa dan kuat. Ketika kuat
dan berjaya ia lupa, bahwa kelak Allah akan menjadikannya tua dan lemah
kembali.4 Kedua pendapat tersebut menyatakan bahwa
manusia akan selalu mengalami pergantian fase dalam kehidupannya sehingga
membuktikan bahwa kehidupan di dunia tidaklah kekal.
Hikmah yang bisa diambil dari
ceramah “Mengingat
bahwa Kehidupan Hanyalah Sementara” diantaranya :
- § Membuat
kita senantiasa mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian sebelum benar
datang
- § Mencegah
kita dari perbuatan kejahatan, mendorong kita senantiasa bertobat kepada Allah
dan memperbaiki diri dari kesalahan dan dosa
- § Membuat
diri kita cinta terhadap akhirat dan mendorong kita untuk senantiasa taat
kepada Allah dan Rosul-Nya.
Semoga ceramah yang singkat ini
bisa bermanfaat bagi kita semua. Jika dalam penyampaian kultum ini ada
kesalahan yang menyinggung perasaan, saya mohon maaf dan kepada Allah SWT saya
mohon ampun.
Akhir kata saya ucapkan, wabillahitaufik wal hidayah
wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatuh.
DAFTAR
PUSTAKA
- Al-Quran
Surat Al-Hadid ayat 20
- Hadits Shahih
Riwayat Bukhari
- Hasan NY.
Kehidupan adalah Kesenangan yang Menipu. [online] Jakarta. 2009.[Diakses
tanggal 02 Februari 2014]. Berasal dari : www.quransunnah.com
- Abdullah
G. Hikmah selalu Mengingat Kematian. Bandung
: Yayasan Darut Tauhid, 2005.
- NU Online.
Fase Kehidupan di Dunia. [online] Jakarta. 2013.[Diakses tanggal 02 Februari
2014]. Berasal dari : www.nu.or.id
- Agustiani,
Hendriati. Psikologi Perkembangan. Bandung : Refika Aditama. 2009