Jurus(kurang)Jitu FKUIN Jakarta-RSUP Fatmawati

Sebuah catatan singkat selama menjalani koas, lebih lengkapnya silahkan cek di Youtube kanal Abdihilap.com

Video abdihilap

Temukan lebih banyak video hanya di kanal abdihilap.com di Youtube

Pages

Senin, 16 Januari 2012

OUTBOND, SIAP !

Alhamdulillah, semua materi Masa Kaderisasi Terintegrasi (Mankadtri) tahun 2012 telah selesai diberikan dengan diadakannya Outbond pada hari Sabtu, tanggal 14 Januari kemarin. Itu berarti, kegiatan selanjutnya adalah magang dari semua oragnisasi yang ada di kedokteran uin jakarta, yaitu dari BEM, CIMSA dan USMR.

Outbond ini merupakan acara yang setiap tahun diadakan oleh UIN Syarif Hidayatullah Medical Rescue (USMR), organisasi di kedokteran UIN yang bergerak dibidang penanganan bencana. Seluruh peserta masa kaderisasi ini dibagi menjadi 10 kelompok yang akan melewati 5 pos. Acaranya sendiri dimulai pada pukul 09.00 pagi dan dimulai dengan kegiatan Forum Dokter Muslim (FMDM).

(Terlihat para peserta sedang melakukan senam)

Sabtu, 14 Januari 2012

NOBAR ALA MAHASISWA

"......Tidak sebatas nonton, tapi dapet ilmu juga...

Hari Rabu kemarin, tepatnya tanggal 12 Januari 2012 Standing Committee of Medical Education (SCOME) CIMSA Lokal UIN Jakarta mengadakan suatu kegiatan Medical Movie yang mengangkat suatu kisah mengenai gangguan psikiatri dari serial drama dr. HOUSE M.D. Kegiatan ini sendiri tidak hanya dikhususkan untuk pendidikan dokter saja, tetapi juga untuk program studi keperawatan, farmasi dan kesehatan masyarakat.


Ini adalah kali pertamanya Scome lokal UIN mengadakan medical movie setelah sebelumnya sukses dengan kegiatan Farmako Club ( Kumpulan para pecinta dunia perobatan) dan Breaking The Silent (Kegiatan memahami bahasa isyarat). Meskipun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan minat para pecinta film di kalangan mahasiswa untuk menyempatkan hadir. Acara dibuka langsung oleh ketua pelaksana (Karlina, 2010) dan LOCO CIMSA UIN Jakarta (M.Ibnu Imadudin, 2009)






(Tampak antusias peserta mengikuti kegiatan)





Seperti kita ketahui, Dr. Gregory House (Hugh Laurie) adalah chief dari Department of Diagnostic Medicine di Princeton-Plainsboro Teaching Hospital. Ia memiliki tiga doktor muda yang menjadi anak buahnya, yaitu Dr. Eric Foreman (Omar Epps), Dr. Allison Cameroon (Jennifer Morrison) dan Dr. Robert Chase (Jesse Spencer). Tingkah laku House yang nyentrik dan terkadang sikapnya yang aneh tidak hanya sering membuat susah tiga anak buahnya, tapi juga sering membawa masalah bagi atasannya, Dr. Lisa Cuddy (Lisa Edelstein).

Metode House dalam mendiagnosa pasiennya membuat saya terkagum karena begitu menarik dan teliti, bahkan terkadang cenderung menabrak semua aturan medis yang ada. Bahkan terkadang, menyelinap ke rumah orang atau melanggar hukum merupakan hal yang biasa bagi House untuk mencari tahu penyebab penyakit misterius pasien. 
 
Kenapa misterius ? karena jangan harap House mau menangani penyakit-penyakit biasa yang umum terjadi. Penyakit dengan sindrom-sindrom aneh adalah hal yang bisa membuat House tertarik untuk menanganinya, dan pada kasus-kasus inilah muncul keputusan House yang kontroversial tapi ujung-ujungnya brilyan. Dan ini jadi alasan mengapa ia tetap menjadi salah satu dokter yang tak tergantikan di Princeton-Plainsboro.
 


 
 (Panitia tampak sedang menjelaskan analisa filmnya)

Tidak hanya sebatas menonton, Scome juga berusaha menganalisis film berdasarkan keilmuan di dunia kedokteran. Mulai dari gejala-gejala yang terdapat di seorang pasien, sampai ke sikap dan etika yang harus dilakukan terhadap pasien dengan gangguan kejiwaan tidak luput diperbincangkan. (Terimaksih untuk Fikrifar Riz dari CIMSA Nasional yang banyak membantu).

Salam abdihilap...!

STUDI BANDING FAKULTAS KEDOKTERAN INDONESIA

Studi Banding Islamic Health Sciences Community of Indonesia Malaysia (IHSCIMA)
Malaysia, 15-18 Desember 2011


Selasa, 10 Januari 2012

CERPEN "SATU SURAT SATU PERTEMUAN" (SESSION I )

Hidup ini aneh....

Mungkin itulah kata-kata yang akan pertama kukatakan di pagi hari ini. Maklum saja, hampir semalaman aku memimpikan tentang hari-hari sebelumnya yang seolah-olah aku kembali lagi ke masa lalu dan begitu nyata seperti aslinya.

Aku tidak ingin terus bermalas-malasan di kamar tidur. Kubuka jendela di pojok kamar dan tirainya kusingkapkan dengan perlahan-lahan. Tirai yang sudah hampir berusia dua puluh tahun ini terus menemaniku sampai aku remaja saat ini. Warna putihnya sudah agak lusuh dan kehitaman, bukan karena tidak pernah menyentuh air atau detergen, tapi karena harga tirai saat ini sudah melebihi keperluan makan sehari. Dibandingkan tidak makan, akhirnya kuputuskan untuk tidak mengganti tirainya.

Tepat jam lima pagi waktu aku melihat sepintas jam tua di ruangan tengah rumahku. Warnanya keemasan, sampai saat ini jam tua itu kelihatan bagus. Maklum, jam tersebut adalah maskawin yang diberikan ayahku waktu meminang ibu. Sesekali setiap satu jam, ia berbunyi persis seperti suara kakek-kakek yang sudah renta. Bukannya membuat orang sadar akan waktu, jam tersebut malah membuat keheningan malam jadi semakin menakutkan dengan suaranya.

Kubasuh mukaku untuk berwudu dan langsung kutunaikan shalat subuh dua rakaat. Begitu tenang di hati.

Tidak terasa matahari dari balik gunung Candra Asih, nun jauh disana sudah menampakkan diri menyinari halaman rumah yang penuh dengan tanaman. Keluar dengan perlahan-lahan. Tampak malu menyapa bumi. Namun dibalik kelembutannya ia adalah makhluk kuat dan gagah. Riakkan air dari sungai kecil di dekat rumahku pun seakan memeriahkan suasana pagi ini. Kicauan burung-burung kecil dan kokokan ayam jantan dari samping rumah seperti tidak ingin ketinggalan untuk sama-sama berpartisipasi menyambut pagi setiap harinya.

“Candra, tolong ayahmu ngasih pakan ikan di kolam, nih.” Lamunanku terputus oleh suara ibuku di dekat pintu dapur. Sosok yang begitu menjadi tauladan untukku. Suaranya merdu, tulus, dan tidak pernah memarahiku, meski saat aku sedang salah. Ia begitu bijak dengan kata-katanya, sehingga sekali-kali mataku meneteskan air mata waktu kulihat kedua tangannya penuh dengan luka irisan akibat sayatan pisau. Ia begitu bela untukku, untuk masa depanku.

Aku hidup bukan berada di keluarga yang sanggup mewujudkan semua hal yang terpintas di fikiran, ketika ada sedikit uang perlu waktu berhari-hari untuk berfikir jika hendak membeli keperluan selain kebutuhan dapur hingga karena waktu terlalu lama akhirnya uangnya keburu terpakai. Semua itu kujalani dengan penuh pengertian bahwa ini adalah hal yang terbaik yang dianugerahkan Tuhan untukku, keluarga dan masa depanku.

Bersambung....