Pages

Minggu, 07 Agustus 2011

EMPAT VIRUS PENGHANCUR ANTIBODI SHAUM

Secara hukum fiqih, shaum kita dianggap sah apabila kita telah memenuhi syarat dan rukun shaum, serta menjauhi hal-hal yang membatalkannya. Meski demikian, agar shaum bisa mengantarkan kita ke tingkatan takwa yang sesungguhnya, ketentuan fiqih tersebut belumlah cukup. Kita juga wajib menjaga adab-adab dan sunah-sunah Ramadhan. Kita harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang tidak membawa manfaat di dunia dan akhirat kelak.


Ustad Muhib al-Majdi di situs www.arrahmah.com mengatakan ada empat virus yang harus diperhatikan dan kebiasaan-kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan berdasarkan pesan-pesan Rasulullah SAW agar pahala kita tidak berkurang.

Lantas, golongan dan strain virus apa saja ? Dan bagaimana strukturnya dilihat secara biokimia kesehatan dan islam ?


Pertama, qaul az-zuur

Para ulama menjelaskan bahwa qaul az-zuur adalah al-kadzib, yaitu kebohongan sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ath-Thabarani dari Anas bin Malik di atas. Kebohongan atau kedustaan adalah mengatakan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya. 

Asal makna kata az-zuur sendiri adalah melenceng dari kebenaran. Perkataan dusta atau bohong (al-kadzib) disebut az-zuur karena menyimpang dari kebenaran dan realita. (Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an, entri zuur)

Orang yang melakukan shaum dituntut untuk senantiasa waspada, berhati-hati, dan menjaga lisannya. Ia tidak boleh sembarangan mengobral ucapan. Ucapan yang tidak membawa manfaat di dunia dan akhirat wajib ditinggalkannya. Apalagi membicarakan hal-hal yang dilarang agama, sudah tentu hukumnya haram. Jangankan menggunjing (ghibah), mengadu domba (an-namimah), atau memfitnah; sekedar bercanda alias melawak pun dilarang apabila mengandung unsur kebohongan. Perkataan orang yang shaum harus senantiasa jujur, benar, dan sesuai realita.

Sekalipun hanya beberapa patah kata, berbohong bisa berakibat fatal; shaumnya tidak mendapat pahala sama sekali! Kok begitu?

Barangkali selama ini kita tidak menganggap besar perkara kebohongan ini. Jika kita mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW, niscaya kita akan mampu memahami betapa besarnya dosa kebohongan. Allah SWT menyetarakan besarnya dosa menyembah berhala (syirik) dengan dosa kebohongan dalam firman-Nya,

“Maka jauhilah oleh kalian (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan yang dusta!” (QS. Al-Hajj (22): 30)

Kedua, al-‘amal biz-zuur


Al-‘amal biz-zuur adalah melakukan tindakan dusta, yaitu melakukan perbuatan yang didasarkan atas manipulasi dan kebohongan. Misal, seorang anak berpamitan kepada orang tuanya untuk berangkat ke sekolah, namun ia justru jalan-jalan cuci mata di supermarket. Dengan alasan rapat guru, seorang guru tidak mengajar di dalam kelas dan justru ngrumpi atau membaca koran di kantor. Dengan alasan kelancaran kerja, pejabat menggunakan uang negara untuk memperoleh mobil dinas yang baru, padahal sebenarnya ia ingin menikmati kemewahan secara gratis. Contoh perbuatan dusta di tengah kehidupan masyarakat kita sangatlah banyak. Walau seringkali dianggap biasa dan lumrah, tetap saja perbuatan dusta adalah dosa besar yang bisa mengakibatkan gugurnya pahala shaum.

Ketiga, al-jahl

Keempat, al-‘amal bil jahl

Dalam riwayat Al-Bukhari (no. 6057), teks hadits menyebutkan; qaulaaz zuur, al-‘amal bihi, dan al-jahl (perkataan dusta, tindakan dusta, dan kebodohan). Adapun riwayat Ibnu Majah (no. 1689), teks hadits menyebutkan: qaulaz zuur, al-jahl, dan al-‘amal bih (perkataan dusta, ucapan bodoh, dan tindakan bodoh). Apabila kedua riwayat ini dipadukan, maka bisa disimpulkan bahwa Nabi SAW melarang empat hal dalam hadits tersebut, yaitu perkataan dusta, tindakan dusta, ucapan yang bodoh dan tindakan yang bodoh.

Ada satu hal penting yang diingatkan oleh para ulama berkenaan dengan tindakan yang bodoh. Dalam Kifayatul Hajah fi Syarh Sunan Ibni Majah (2/170), imam Muhammad bin Hayat As-Sindi menulis: “Seluruh perbuatan maksiat merupakan tindakan yang bodoh.”
 
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menulis, ”Kebodohan itu ada dua jenis; (1) tidak mengetahui ilmu yang bermanfaat dan (2) tidak mengamalkan konskuensi ilmu yang bermanfaat. Keduanya disebut kebodohan menurut pengertian bahasa, budaya, syariat, dan realita.  

Sebagaimana disebutkan oleh firman Allah SWT,
Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-Baqarah (2): 67)
Yusuf berkata: “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku (untuk berzina). Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Yusuf: 33)



Dari penjelasan para ulama di atas bisa disimpulkan…

Sesungguhnya semua bentuk maksiat wajib kita jauhi selama melaksanakan shaum, yang besar maupun kecil, yang terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, karena ia merupakan tindakan yang bodoh. Semuanya demi kesempurnaan pahala dan manfaat shaum kita.

Artikel yang berkaitan



0 komentar:

Posting Komentar