Pada masa sekolah dasar dulu, ketika ada pertanyaan : “ Kenapa lubang hidung arahnya harus ke bawah..? ”. Jawaban saya adalah supaya air tidak masuk pada waktu hujan. Menginjak ke SMP, pertanyaan itu muncul lagi, jawaban saya masih konsisten seperti pada waktu di sekolah dasar. Tiba-tiba pada waktu SMA, pertanyaan itu ada lagi, dan jawaban saya masih tetap seperti sebelumnya namun ditambahkan dengan kata : sudah takdir dan kehendak sang Maha Pencipta.
Namun jawaban yang sebenarnya baru saja saya dapatkan secara ilmiah setelah mendapatkan penjelasan dari dr. Fikri, Sp.THT-KL, staf pengajar FK UIN Jakarta. Subhanallah.
Allah SWT berfirman :
Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.
(QS. Al Infithaar, 82:6-8)
Ternyata, Allah menciptakan hidung mengarah ke bawah supaya udara yang masuk ke hidung berbentuk turbulen, oleh karena itu tekanan udara yang masuk ke hidung tidak terlalu tinggi. Udara sebelum memasuki hidung berjalan dengan laminer. Laminer merupakan aliran yang ditunjukkan dengan gerak partikel-partikelnya sejajar dan garis-garis arusnya halus.
Dalam aliran turbulen, partikel-partikel seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-lintasan yang halus dan lancar, aliran tersebut acak dan mempunyai kecepatan beraneka ragam.
Udara dari arah atas dan depan hidung harus turun dulu ke bawah, setelah itu udara berputar dan naik untuk memasuki lubang hidung.
0 komentar:
Posting Komentar