Bakhil (Pelit) adalah satu penyakit
hati karena terlalu cinta pada harta sehingga tidak mau bersedekah. Harta seolah-olah sudah menjadi tolak ukur
tinggi dan rendahnya status sosial seseorang di masyarakat. Sehingga tidaklah
mengherankan jika kemudian harta menjadi buruan yang senantiasa diintai oleh
para pemburunya. Bahkan bagi beberapa orang ada yang bersedia melakukan apapun,
untuk bisa mendapatkan harta buruannya, walaupun dengan menghalalkan segala
cara. Setelah mendapatkannya, sebagian dari kita, ada yang merasa berat untuk
mengeluarkan sebahagian dari harta mereka untuk disedekahkan. Padahal dalam
rezeki yang mereka dapatkan, ada hak bagi anak yatim dan kaum dhuafa.
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a
berkata : "Orang yang bakhil atau kikir tidak bisa terlepas dari salah
satu tujuh perkara berikut:
1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan
menghabiskan dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah.
2.
Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut
seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.
3.
Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.
4. Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang
rawan bencana, sehingga bangunan berikut semua harta yang disimpan di dalamnya
lalu ludes.
5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti
tenggelam, terbakar, mengalami pencurian, dan sebagainya.
6.
Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.
7.
Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu,
sehingga hartanya hilang”
Sumber : Nashaihul Ibad -
Imam Nawawi Al Bantani
Penyakit bakhil dan tamak adalah dua sisi dari sebuah
mata uang. Seorang yang terkena penyakit bakhil sudah pasti terkena juga
penyakit sampingannya yaitu tamak, loba, serakah, maruk,dll. Sebaliknya sorang
yang terkena penyakit tamak sudah pasti terkena juga penyakit sampingannya
yaitu bakhil, kikir, pelit, medit,dll. Penyakit tersebut biasanya komplikasi
dengan penyakit sombong, ujub, riya dan takabur.
Rasulullah SAW. pernah bersabda,
"Orang bakhil adalah
orang yang apabila namaku disebut, dia tidak bershalawat kepadaku"
Hadits shahih:
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3546), Imam Ahmad (no. 1736)
Beberapa ulama menyatakan bahwa orang paling
bakhil adalah orang yang tak mau bershalawat. Mengucapkan shalawat adalah
sesuatu yang mudah, tak perlu keluar materi sedikitpun, namun kenapa masih ada
yang enggan melakukannya. Bahkan ada segelintir golongan yang membenci shalawat
dan bahkan mencap sebagai bid'ah. Padahal jangankan kita manusia, menurut al
Qur’an, Allah dan malaikatpun membaca salawat kepada Nabi
sehingga orang beriman juga diperintahkan untuk bersalawat dan salam kepadanya;
Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bersalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya
(QS. Al-Ahzab:56)
Saya merenungkan tentang
banyaknya bencana yang melanda negri kita. Dengan membaca sabda Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a. diatas. mungkinkah banyaknya bencana tersebut adalah karena
semakin banyaknya orang tamak dan bakhil di negri ini? Yang sedemikian bakhilnya
sampai-sampai bershalawat pun merasa enggan? Jika demikian marilah kita
perbanyak sedekah dan jika secara materi kita belum mampu marilah kita
perbanyak shalawat agar tidak terkena penyakit bakhil dan mudah-mudahan
karenanya kita terhindar dari kerugian yang disabdakan oleh Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a. tersebut
"Allahumma
salli ‘alaa sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wasahbihi ajma’iin"
Aib seseorang terlihat dari kebakhilannya. Sedangkan,
yang bisa menutup aib dari pandangan manusia adalah sikap kedermawanan. Karena
itu, berselimutlah kain kedermawanan karena semua aib itu penutupnya adalah
sifat dermawan. Jika tak sanggup
bersedekah dengan harta, masih ada sedekah bentuk lain, yakni ucapan yang baik.
Bila tak mampu menyenangkan manusia dengan harta, buatlah mereka senang dengan
penampilan wajah kita yang berseri dan budi pekerti yang baik. Menghormati, menghargai, dan memuliakan sesama dengan
cara mengucapkan kata-kata yang santun, wajah berseri, dan sikap sopan
merupakan bagian kedermawanan. Hal inilah yang seharusnya kita lakukan
sebagai seorang dokter muslim, karena kedermawanan
meliputi makna-makna kewibawaan, memberi bantuan, kecerdasan hati, ringan
tangan, menolong orang kesusahan, membantu yang terasing, membantu tetangga,
dan segala kegiatan yang bernilai kebaikan dan kebajikan.
Ali bin Abi Thalib
mengatakan, ''Jika dunia mendatangimu, sedekahkanlah karena yang kau sedekahkan
itu tidak akan habis.'' Ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW, ''Sedekah itu tidak
akan mengurangi harta.'' (HR Muslim).
Hal yang sangat penting untuk
diketahui setiap muslim ialah bahwa harta yang dimiliki dalam bentuk apapun
yang ada di sekitarnya adalah milik Allah SWT. Tidaklah dia
mendapatkan harta dan semua yang menjadi miliknya kecuali dengan izin Allah,
manusia tidaklah berkuasa sepenuhnya pada harta tersebut. Status harta itu
hanya amanah atau titipan dari Allah saja.
Agar kita terhindar dari sifat kikir
para ulama telah memberikan solusi. Di antaranya dengan banyak bersedekah dan
berinfak, memikirkan tentang kehinaan dan kerendahan harta di sisi Allah,
memikirkan balasan yang besar di sisi Allah, memahami hakekat keberadaan harta
yang ada di sekitarnya,banyak bergaul dengan orang-orang shaleh dan menjauhi
orang-orang yang mempunyai sifat bakhil.
Setelah kita semua
mengetahui keutaman sedekah dan akibat buruk yang akan kita dapatkan jika kita
menjadi orang yang bakhil, mulai sekarang ini, marilah kita berusaha semaksimal
mungkin, untuk bersedekah/ berinfak, secara rutin dan menjauhi sifat bakhil
(pelit).
Created by : Adelita Tri Rahmawati, materi ini disampaikan ketika modul dokter muslim di FK UIN Jakarta
Daftar
Pustaka
1. Alqur’an dan terjemahannya (QS. Al-Ahzab:56)
2. Hadits shahih:
diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3546), Imam Ahmad (no. 1736)